Aku tidak bisa tidur, masih mendengarkan radio yang dibawakan oleh penyiar Rendi. Lagu yang diputar adalah Kokoro no tomo. Aku baru saja selesai menonton film siaran ulangan di televisi “The Wedding Planner”. Benar-benar film dengan akhir yang sangat buruk. Terlalu dipaksakan. Tidak romantis dan tidak berkesan. Norak.
Awal, pertengahan, hingga 1 menit sebelum film berakhir masih bagus, hingga Dr. Steve datang dan menikahi Mary. Entah bagaimana si Massimo yang sangat mencintai Mary itu dengan senang hati seolah tanpa beban mengantar Dr. Steve ke Mary untuk dinikahi! Ada-ada saja.
Aku membayangkan film itu lebih romantis dan lebih berkesan. Aku membayangkan Mary terlanjur menikah dengan Massimo yang sangat mencintainya. Dr. Steve menyaksikan mereka ”Kissing” sebagai suami istri. Lalu dia pergi ke luar balai kota dan berjalan sendirian dengan masih memakai tuxedo pernikahannya. Dia pun pergi ke tempat dimana mereka hampir berciuman. Lalu hujan turun. Dia tersenyum merelakan. Dan tamat.
Aku tidak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Aku lebih percaya ada teman yang akhirnya saling mencintai. Lebih realistik. Sebab rasanya cinta tak akan bisa tumbuh tanpa adanya faktor kebiasaan, frekuensi pertemuan dan interaksi.
Dan rasanya tidak ada orang yang benar-benar menemukan belahan jiwanya dengan cara mengorbankan perasaan orang lain. Bukannya cinta tumbuh karena kasih? Dan rasanya kasih tidak berdiri di atas penderitaan orang lain, kan?
Aku melirik jam. Sudah jam setengah tiga pagi. Lagu-lagu masih ada di radio. Entah siapa penyanyinya. Aku tak peduli. Aku menghitung jam, menunggu pagi. Aku senang jika pagi akhirnya datang. Tapi tetap terjaga di malam hari juga sering membuatku senang. Banyak yang bisa kukerjakan dengan tenang tanpa ada telepon atau orang yang mengganggu. Seperti sekarang ini. Masih dengan piyama plus jaket tebal, aku pergi ke kedai 24 jam. Aku menatap ke deret-deret coklat yang menggiurkan, bingung harus memilih yang mana. Seperti kemarin. Aku pergi ke rumah makan 24 jam dan aku bingung menentukan apakah beli martabak mesir atau mie hun goreng.
”Katanya, perempuan yang tidurnya kurang dari 5 jam sehari bisa berakibat 3 kali lebih besar kemungkinannya terkena obesitas dari pada mereka yang tidak.” ujar seorang pria yang tiba-tiba saja berdiri di sampingku.
”Oh, dan pria tidak?” tanyaku kesal.
”Insomnia juga ya?” tanyanya sambil tertawa kecil lalu mengambil sebatang coklat dari rak yang ada di depanku. Mataku tertuju pada jari-jari besar dan bulat yang mengambil coklat itu lalu perlahan aku menyusuri tangan dari jari-jari itu dengan mataku dan pandanganku tepat berhenti pada pria yang mengajakku bicara tadi. Aku langsung mengurungkan niat untuk membeli coklat dan berpikir untuk segera pulang ke rumah. Aku harus tidur.
Selesai.
No comments:
Post a Comment