Friday, October 17, 2008

SENYUMMU MANIS SEKALI

Ujian semesteran sudah selesai. Aku keluar dari ruang ujian dengan wajah tersenyum berseri-seri. Ceria sekali. Jujur saja, ini pertama kalinya sepanjang sejarah pendidikanku, aku merasa begitu bersemangat sewaktu ujian. Aku yakin, semester ini Indeks Kumulatifku akan mencapai 3 (biasanya paling tinggi cuma 2, 98!).


Biasanya kalau ujian aku selalu punya banyak cara untuk mengalihkan perhatian dari buku-buku kuliah yang seharusnya sudah kubaca jauh hari sebelum ujian tiba. Aku bisa tiba-tiba lebih tertarik untuk membersihkan kamar mandi dari pada mengulang pelajaran. Aku tidak pernah benar-benar membaca buku pelajaran karena merasa sudah mendapat cukup dari kuliah yang kuikuti.


Tapi semester ini begitu berbeda. Aku bahkan rela tidak tidak tidur semalaman demi membaca buku agraria 2 yang tebalnya 565 halaman (aku selesai membacanya dalam waktu kurang dari seminggu) dan merasa sia-sia jika tidak melanjutkan membaca undang-undangnya. Mungkin penyebabnya gara-gara aku mendapat nilai D untuk mata kuliah Hukum Adat 2 semester lalu. Itu nilai D pertamaku seumur hidup dan rasanya sakit sekali. Aku sampai menangis seminggu penuh. Sayangnya kenapa hal ini baru terjadi setelah aku berada di semester 5? Betapa 4 semester berlalu dengan sia-sia. Tapi seperti kata pepatah: lebih baik telat daripada tidak sama sekali.


Aku masih saja memasang tampang ceria sambil berjalan ke koridor kampus menuju gerbang keluar. Rasanya aku ingin tersenyum terus sepanjang hari dan berbagi kebahagiaan dengan para mahasiswa yang bertampang kusut. Rasanya aku ingin bilang: ”ceria dong, ini kan ujian!”


Lalu tiba-tiba aku melihatnya datang dari arah berlawanan denganku. Dia seniorku. Orangnya dingin dan acuh. Sebenarnya dia cukup menarik andaikan dia bisa agak lebih ramah dan banyak senyum pada orang. Singkatnya, aku suka padanya. Tapi kata teman-temanku dia tidak suka dengan cewek yang tidak mampu menyamai prestasinya yang selama 3 tahun berturut-turut selalu dinobatkan menjadi mahasiswa paling berprestasi di kampus. Kalau dipikir-pikir, aku memang sangat jauh dari harapannya yang paling rendah. Tapi hari ini aku sedang senang. Jadi aku tersenyum lebar padanya. Dia menoleh padaku dengan wajah heran dan alis mengernyit. Setelah melewatinya, aku merasa begitu bodoh dan malu.


Rasa senang berubah menjadi gelisah. Aku sampai tidak bisa tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Tiba-tiba HP ku berdering. Nomor tak dikenal. Ah, paling-paling orang iseng lagi. Malas mengangkatnya. Tapi nomor itu bolak-balik menghubungiku. Emosi juga jadinya.


”Ya?” jawabku uring-uringan.

”Maaf,” terdengar suara dari seberang. ”Ini Lunet?”

”Hmmm.” jawabku acuh tak acuh. ”Siapa ini? Tau nggak sekarang jam berapa??”

”Maaf. Ini Andra.” jawabnya. Sontak aku bangkit dari tidur. ”Maaf mengganggumu.” sambungnya. ”Tapi senyummu manis sekali. Aku jadi tak bisa tidur.”

Selesai

No comments:

Post a Comment